28 Apr 2011

Nyongkolan


Nyongkolan, kata yang dipilih sebagai judul tulisan ini, adalah salah satu kosa kata dalam bahasa Sasak, bahasa yang dipakai oleh suku Sasak. Suku Sasak tidak lain merupakan penduduk asli Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Istilah nyongkolan itu mewakili kegiatan yang berupa prosesi pengiringan sepasang pengantin dalam  rangkaian acara merarik atau dalam bahasa Indonesianya sama dengan ‘menikah’.
Menikah yang disebut dengan merariq dalam budaya suku Sasak di Pulau Lombok memiliki tradisi berbeda dengan suku-suku lain di Nusantara. Sedikit menyimpang dengan topik, hal itu sama dengan tradisi pinang-meminang di kalangan orang-orang minangkabau yang juga sedikit berbeda. Perlu diketahui juga di Lamongan, Jawa Timur, juga memiliki tradisi perempuan melamar laki-laki (mungkin seiring kemajuan jaman, yang di Minangkabau dan Lamongan mungkin sudah mengalami pergeseran. Kembali lagi ke topik. Perbedaan prosesi itu terletak pada acara melamar, terutama. Kalau sebagai patokan adalah mayarakat Jawa yang memiliki serangkaian acara dari meminang sampai kepada pesta pernikahan, khusus mengenai melamar ini dalam tradisi masyarakat Sasak tidak berlaku. Pria Sasak tidak meminang calon  istrinya, melainkan melarikan.
Melarikan calon istri (pacar) dilakukan atas kesepakatan pasangan tersebut dan tanpa sepengetahuan kedua orang tua si gadis yang akan dilarikan. Selama dibawa lari si gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka. Dan, jangan dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa saja. Setelah sehari semalam, Pihak keluarga laki-laki datang ke pihak keluarga perempuan yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala dusun dan tokoh adat. Pemberitahuan ini disebut dengan “Sejati Selabar”. Setelah proses sejati selabar ini barulah dibicarakan masalah adat yaitu berapa mahar dan seserahan yang harus diberikan, jika sudah disepakati maka tinggal menentukan hari kapan proses akad nikah dan begawe (resepsi pernikahan) bisa dilaksanakan.
Setelah tahap itu, barulah digelar acara begawe di rumah mempelai laki-laki. Setelah prosesi begawe ini selesai, maka dilaksanakan proses nyongkolan yang merupakan  akhir dari prosesi kegiatan adat merariq ini. Makna dari nyongkolan ini sebagai bentuk pemberitahuan kepada masyarakat luar bahwa lelaki dan perempuan ini sekarang sudah ada yang punya.
Prosesi nyongkolan ini dilakukan dengan berjalan mengiringi pengantin dari rumah pengantin pria menuju rumah pengantin wanita. Pengantin ini diiringi oleh para teruna (pemuda) dan dedara (gadis), yang kalau kita lihat seperti iring-iringan raja dan ratu. Nyongkolan ini juga diiringi oleh kesenian Gendang beleq atau gamelan yang akan ditabuh dari awal perjalanan nyongkolan sampai tiba di rumah pengantin wanita. Sesampainya dirumah pengantin wanita, maka berakhirlah prosesi nyongkolan ini.  Unik bukan tradisi suku sasak ini!

1 Apr 2011

<iframe width='500' height='300' frameborder='0' src='https://docs.google.com/spreadsheet/pub?hl=en_US&hl=en_US&key=0Ao3Q1sSg7YpRdDNmUjdiLTQ2VHV2NmgxZlJHZWt3Q1E&single=true&gid=0&output=html&widget=true'></iframe>

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting